Selasa, 25 Februari 2014

Hidup Tanpa Internet

Hidup tanpa internet, bagai taman tak berbunga. Hai begitulah kata para pujangga. Memang terdengar seperti sebuah lirik lagu. Terkadang internet itu udah kaya pacar. Ketika ga berhubungan dengan internet sehari saja. Maka rasa galau akan menjalar ke seluruh tubuh. Internet juga bisa bikin galau, Ga ada yang lebih nyesek dibanding ketika lagi download dan udah mencapai 99,9% tapi tiba-tiba gagal. Eh tapi lebih nyesek ditinggal pacar tercinta tanpa sebab yang jelas sih. Ckck. Sabar ya.

Jaman sekarang, internet sangat dibutuhkan keberadaannya. Seperti sudah menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Orang yang udah kecanduan internet, hampir sama gejalanya seperti orang yang kecanduan narkoba. Engga tidur berminggu-minggu pun kayanya bakal bisa dilakuin deh, sama si pecandu internet ini. 

Bagi sebagian pecandu internet, ketika ia melihat tanda atau tulisan “Wifi Gratis”, rasanya mungkin seperti melihat harta karun, atau seperti tidak sengaja menemukan uang 1juta di jalan. Rasanya seakan berbunga-bunga, persis seperti orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan ada yang sampai membuat komplotan atau genk yang mereka namakan community free wifi. Ada-ada saja kelakuan anak muda jaman sekarang. Tidak sungkan-sungkan mereka rela menghabiskan waktu berhari-hari di zona tersebut. 

Tapi tidak bisa dipungkiri, semenjak ada internet, acara Buang Air Besar kita menjadi lebih menyenangkan dan tidak lagi membosankan. Itu semua karna adanya jejaring sosial seperti twitter, facebook atau friendster (mungkin ada yang masih make). Acara Buang Air Besar menjadi lebih asik karna di samping buang hajat, kita jadi bisa bertwitter ria atau sekedar update status seperti “Lagi pup nih. Bentuk pupnya lucu deh. Hihihi..”. Atau bagi mereka yang gemar pamer tempat keren nan mewah yang sedang ia kunjungi, bisa juga sekedar update location di foursquare dan path seperti “I’m at Jamban, With 10 other”. 

Tapi se engga  bisa hidupnya kita tanpa internet, jangan sampai itu membuat kita lupa diri dan lupa daratan. Seindah-indahnya dunia maya lebih indah dunia nyata, dunia yang asli, orang-orangnya bisa dipegang beneran, bisa dirasakan ‘keempukan’ dan ‘kekenyalannya’. Dari pada dunia maya, yang dipegang Cuma layar LCD atau keypad. Pepohonan dan pemandangan di dunia nyata pun jauh lebih indah dari pemandangan lautan atau hutan yang ada di layar laptop mu. Dan jangan sampai dunia maya membuat kita lupa jati diri kita sebagai manusia, yaitu untuk bersosialisasi dengan orang di sekitar. Manusia sebagai makhluk sosial, bukan makhluk social media. Gitu kan yang diajarin guru IPS dulu? Saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa pamrih dan mengharapkan imbalan. #tsaah 

Tak jarang kita melihat fenomena yang aneh, terlihat sekumpulan manusia yang nunduk asik dengan gadgetnya sendiri. Kebiasaan tatap muka ketika ngobrol dengan orang lain telah digantikan dengan kebiasaan tatap gadget masing-masing ketika ngobrol. Seolah masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri. Ya, dunia mayanya sendiri. Memang itu hak tiap individu melihat gadgetnya masing-masing. Orang lain ga berhak ngelarang. Tapi apa salahnya toh buang dulu sebentar gadgetnya ke tong sampah, demi ngobrol atau sekedar bercanda dengan orang di sekitar? Orang tua kamu pasti bangga.

 “Dunia maya bisa mendekatkan yang jauh dan bisa juga menjauhkan yang dekat.” 

Saya terheran-heran dan berpikir, bagaimana orang jaman dulu menjalani kehidupannya tanpa adanya internet? Pasti hidup mereka jauh lebih bahagia. Yah, walau bagaimana pun, jaman semakin berubah dan dunia semakin maju. Mungkin beberapa abad dari sekarang, bakal ada yang lebih canggih dari internet. Dan internet bakal dibilang kuno. Kita tunggu saja kelanjutannya. Penasaran? Sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar